Pada masa itu kejayaan Majapahit dicapai pada masa pemerintahan
Raja Hayam Wuruk atau Maharaja Sri Rajasanagara (1350-1389). Pada masa itu,
Raja Hayam Wuruk didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada yang tersohor akan sumpah
Palapa yang diucapkannya.
Hingga sejak masa pemerintahan Raja Kertawijaya (raja Majapahit
VIII), gelar Brawijaya mulai digunakan. Penyandangan gelar tersebut dilakukan
sebagai sebuah strategi politik, yakni untuk memperkuat kedudukan Kertawijaya
sebagai keturunan langsung dari Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit. Mengingat,
secara epistemologi berasal dari kata "bra" yang berarti raja, dan
"wijaya" yang berarti keturunan Raden Wijaya.
Dalam masa kekuasaan Majapahit mulai runtuh pada masa
pemerintahan Raja Kertabhumi, yang bergelar Raja Brawijaya V. Raja Brawijaya V
merupakan keturunan dari Raja Rajasawardhana, yang bergelar Raja Brawijaya II.
Menyorot sosok Raja Brawijaya V, kisah menghilangnya sang Raja
hingga kini masih menjadi perdebatan. Mengingat, pada masa pemerintahan Raja
Brawijaya V, perkembangan Islam mulai memasuki Majapahit. Kerajaan Majapahit
mulai terdesak dengan perkembangan Islam yang pesat.
Ketua Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya, Mochammad
Fadli mengungkapkan, ada banyak versi terkait meninggalnya Raja Brawijaya V,
sang Raja Majapahit XII. Versi pertama, kata Fadli, Raja Brawijaya V diyakini
menghilang atau dalam konsep Hindu-Budha dikenal dengan istilah moksa. Moksa
adalah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi, sekaligus lepas dari
putaran reinkarnasi kehidupan.
Versi kedua menyebutkan, Raja Brawijaya V menghilang lantaran
dirinya menjadi Muslim dan berguru pada Sunan Ampel. Saat memeluk Islam, Prabu
Brawijaya V memilih untuk menyepi ke sebuah desa, dengan menutupi identitasnya.
"Ada satu versi yang saya dengar dari sejarawan juga.
Ketika masuk Islam, Prabu Brawijaya V ini, menyepi ke sebuah desa. Tetapi,
Prabu Brawijaya ini punya tanda-tanda tertentu," ungkap Fadli, saat
ditemui dalam acara Pameran Virtual Museum Brawijaya,
Sunan Kalijaga yang mengetahui keberadaan Brawijaya V, meminta
Raden Patah untuk menemui sang Raja. Raden Patah merupakan putera dari Raja
Brawijaya V dengan salah satu selirnya, yang bernama Sie Tan Nio. Raden Patah
adalah pendiri sekaligus Raja Demak pertama (Kerajaan Islam).
"Saat itu, Sunan Kalijaga memerintahkan Sultan Demak (Raden
Patah) untuk mengunjungi. Tapi dia (Brawijaya V)sudah mengaku bukan Prabu
Brawijaya V. Tapi Raden Patah mengetahui, jika itu adalah ayahnya, Prabu
Brawijaya V," jelas Fadli.
Hingga saat ini, kebenaran kisah perkenalan Raja Brawijaya V
dengan Islam masih ditelusuri. Penelusuran bukti-bukti sejarah terkait
perjalanan Majapahit pun masih dilakukan hingga saat ini.
MNC WORLD NEWS
Glimpse From The Past –
Indonesia’s Urban Legend
(Ki Cokro ST)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar