Bagi masyarakat suku Jawa, sebutan anak bajang sudah tidak asing lagi. Konon, bagi masyarakat Jawa, khususnya yang sudah punya anak, biasanya anak bajang akan mendapatkan vonis sebagai penyebab rewelnya anak kecil. Terutama saat menjelang Adzan maghrib. Benarkah?
Suatu ketika ada anak
kecil yang rewel, ngumbar tangis yang tak berkesudahan, hingga membuat orang
tuanya sempat panic. Anaknya rewel menjelang maghrib hingga selepas isya’.
Wajar memang anak bayi rewel. Dalam fenomena tersebut, lagi-lagi terdakwanya
adalah si anak bajang tersebut. Bukan tanpa sebab, nenek si bayi tersebut katanya
sempat melihat penampakan anak kecil di dapur. Meski sekilas, digambarkan
penampakan tersebut seusia anak baru jalan pada umumnya namun kulitnya agak
kemerahan.
Dalam jagad wayang,
anak bajang ini dipersonifikasi sebagai anak cacat. Secara fisik kerdil, tetapi
dibalik ketidaksempurnaannya tersebut memiliki kemauan yang kuat, keras dan
luar biasa.
Bagi Anda yang suka
nonton wayang tentu ingat ketika babak goro-goro akan dimulai, di mana ada
salah satu jineman atau tetembangan yang menggambarkan semangat bocah bajang
ini. Baitnya seperti ini,“bocah bajang nggiring angin, anewu banyu segoro,
ngon ingone kebo dhungkul, sa sisih sapi gumarang”, yang kemudian
disusul munculnya punokawan semar.
Sederhana memang bait
tetembangan di atas, namun sejatinya cukup filosofis. Ya, dalam
ketidaksempurnaannya, si anak bajang mempunyai cita-cita yang kuat untuk
menguras samudara seperti pada bait anewu banyu segara. Ada kebodohan dalam
diri si anak bajang yang sekaligus juga mempunyai kepintaran dan keberanian,
hal ini digambarkan dalam bait jineman ngon ingone kebo dhungkul, sa
sisih sapi gumarang. Kebo dhungkul itu artinya kerbau yang bodoh. Sedangkan
pasangannya, sapi pintar yang bertanduk panjang dan cukup mempunyai keberanian.
Terlepas kita percaya
atau tidak percaya, karena tulisan ini tidak hendak membahas tentang
perdebatan, anak bajang ternyata bukan hanya ada dalam jagad pewayangan sepeti
di atas. Di kehidupan nyata, anak bajang pun ada. Hanya saja, tidak sembarang
orang bisa melihatnya secara kasat mata. Karena yang jelas dunia anak bajang
berada di dunia alam gaib.
Dalam kepercayaaan
tradisional masyarakat Jawa, anak bajang ini adalah berasal dari janin yang
luruh akibat keguguran atau sengaja digugurkan dengan aborsi. Eksistensi janin
yang gugur atau digugurkan inilah yang kemudian sering menimbulkan gangguan
terhadap orang tuanya atau orang yang dianggapnya bisa mewakili sebagai orang
tuanya.

MNC WORLD NEWS
Glimpse From The Past –
Indonesia’s Urban Legend
(Ki Cokro ST)
Miris, situsnya ki cokro yang konon paranormal. situsnya copas dan tidak beretika. waduh bloger kemarin sore sampeyan
BalasHapus