Pengertian cetik pada
dasarnya adalah racun, menariknya racun jenis ini tergolong canggih dan
mematikan. Bagimana tidak, bagi yang mengusai ilmu ini, tanpa menyentuh obyek
benda yang menjadi media racun, si korban akan tersakiti seperti keinginan si
pelaku. Cetik dalam khasanah budaya Bali termasuk ilmu pengiwan.
Ilmu Pangiwa dapat
dibagi menjadi 5 bagian yang merupakan cabangnya, yaitu:
§ Pengasren
§ Pangeger
§ Pangasih - asih
§ Penangkep
§ Pangleakan (aji wegig)
Pengasren
Pengasren adalah
cabang ilmu pangiwa yang mampu membuat pemakainya menjadi lebih cantik /
tampan. Dengan ilmu ini, si pemakai bisa membuat si korban tergila-gila bahkan
lupa dengan segala-galannya termasuk keluarga.
Pangeger
Sungguh sangat ambigu
bagi orang yang mengetahui nama ilmu pangeger. Sebab dalam Lontar Usada Manak,
nama ilmu pangeger adalah ilmu untuk memperlancar / mempercepat proses
kelahiran. Di samping pangeger tersebut, ada juga ilmu yang disebut dengan
panyeseh, dimana fungsi kedua ilmu ini adalah sama.
Pangasih-asih
Pengasih-asih adalah
cabang ilmu pangiwa yang bertujuan membuat orang jatuh cinta kepada orang yang
mengamalkan ilmu pangiwa. Hal ini biasanya menggunakan sarana berupa guna-guna.
masyarakat Bali mengenal beberapa jenis guna, yaitu Guna Lilit, Guna Jaran
Nguyang, Guna Tuntung Tangis, I Cekcek Putih, dan lain sebagainya.
Pangleakan (aji wegig)
Pangleakan adalah
cabang ilmu pangiwa yang sudah memerlukan pengorbanan. Dalam mencari korban
biasanya dengan cara mencari-cari kesalahan orang lain, untuk dijadikan calon
korbannya.
Ilmu pangleakan di
Bali yang paling banyak dibicarakan adalah bisa berubah wujud menjadi binatang,
kendaraan, rangda, celuluk, bahkan sampai menjadi sampian mas (sampian adalah
sejenis karya tangan yg biasanya terbuat dari janur yang dipakai untuk
keperluan upacara / hari raya). Konon katanya kalo bisa berubah menjadi sampian
mas, itu artinya ilmunya sudah paling tinggi.
Sedangkan ilmu
pangleakan untuk membunuh atau menyakiti mangsanya, biasanya menggunakan
:
Bebai
Orang yang terkena
bebai biasanya tingkah lakunya seperti orang gila. Tetapi tergantung juga jenis
bebai yang masuk ke dalam tubuhnya. Lain jenis bebai, maka lain pula sakitnya.
Ada yang seperti orang gila, makan tidak bisa berhenti, tidak bisa makan,
kondisi tubuh menurun, si korban lari kesana kemari, dan lain sebagainya.
Pendek kata, orang yang terkena bebai seperti orang gila.
Bebai dalam
mitologinya berbentuk binatang yang sangat kecil dan masukan ke tubuh manusia
melalui pori-pori kulit. Setelah berada dalam tubuh manusia, bebai akan
memasuki pembuluh darah samapi tersebar kemudian menyumbat pembuluh
darah.
Cetik
Yang kita tahu
merupakan sejenis racun yang akan kita bahas lebih lanjut pada tulisan ini.
Rerajahan
Rerajahan adalah suatu
simbol yang digambarkan dan dikombinasikan dengan aksara modre yang mempunyai
maksud dan tujuan tertentu, tergantung dari sang pembuatnya. Jadi tidak semua
rerajahan tersebut bermaksud jelek atau untuk tujuan jahat. Dalam ilmu
pangleakan pun bisa menggunakan rerajahan, bahkan diperjual belikan .
Sesawangan
Sesawangan ini mirip
dengan voodoo. Dengan sesawangan ini bahkan hanya dengan membayangkan calon
korban saja bisa membuatnya sakit. Apalagi si penganut ilmu pangleakan tersebut
memiliki foto, nama, dan hari kelahiran si korban. Sesawangan ini sering juga
disebut dengan acep-acepan atau umik-umikan. Hal inilah yang menyebabkan ilmu
pangleakan bisa menyakiti melalui jarak jauh.
Baik kita lanjutkan
pada pokok utama bahasan kita kali ini tentang cetik, secara paling sederhana
penjelasan cetik adalah sebagai berikut :
§ Segala sesuatu yang kalau dimakan dapat meracuni tubuh manusia.
§ Racun yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dengan perantara
makanan dan minuman, disertai mantra-mantra.
§ Suatu ramuan yang dihidupkan dengan kekuatan gaib, cara masuk
dapat melalui makanan , minuman, jarak jauh dan menghidupkannya dengan bantuan
sesajen.
§ Racun yang dapat masuk ke tubuh dengan cara dimakan, diminum,
dihirup atau dipasang.
Adapun cetik sendiri
terbagi dua jenis, yaitu :
§ Cetik Sekala
§ Cetik Niskala
Cetik Sekala adalah
cara meracun dengan sarana tertentu yang dilakukan secara nyata, atau manual.
Biasanya cetik yang dipakai dengan cara seperti ini adalah diantaranya Cetik
Gringsing, Cetik, Cetik Gadang Galeng, dan Cetik Kerikan Gangsa.
Cetik Niskala adalah
tata cara atau metode peracunan dengan cara gaib atau tidak tampak nyata. Cetik
jenis ini hanya orang yang menguasai ilmu pengiwan yang pinunjul saja mampu
melakukannya. Konon, dari cerita yang saya dapatkan dari kolega yang kebetulan
pelaku kebatinan Bali. Maka pelaku yang sudah menguasai ilmu pengiwan tersebut
hanya dengan memandangi makanan dan minuman sajamaka korbannya akan menjadi
sakit seperti yang dikehendaki. Jadi boleh dibilang cetik ini tanpa memerlukan
sarana, karena tidak kelihatan.
Dari cerita yang saya
dapat dari kolega tentang bahan-bahannya, ada beberapa bahan cetik yang berasal
dari serpihan tembaga, tumbuh-tumbuhan, bahkan hewan yang kemudian diramu
secara khusus. Khusus disini dalam artian hanya orang yang menguasi ilmu
pengiwan yang bisa meramunya. Dalam proses peramuan pun tidak hanya dilakukan
pada hari-hari khusus yang diyakini akan mempengaruhi keampuahan cetik
tersebut.
Dalam lontar
kepengiwan misalnya, cetik ini disebutkan tidak bekerja sendiri. Tanpa kekuatan
magis, ia hanya berfungsi sebagai racun biasa saja. Artinya, cetik hanya akan
bekerja jika tercampur pada obyek yang ditentukan. Lebih lanjut dijelaskan, ada
beberapa aksara (rajah) yang digunakan menambah kekuatan dari kemagisan cetik.
Biasanya bagi yang membuat ditambah jnananya, mereka sering
melakukan puasa untuk mengasah sejauh mana cetik ini akan berfungsi.
Cara-cara yang sering
dipakai untuk menghidupkan cetik, beberapa diantaranya adalah dengan ngerajah
atau menuliskan secara langsung aksara-aksara tertentu, atau pun juga dengan
cara langsung dengan merapal mantera-mantera khusus. Dan seperti halnya
ilmu-ilmu gaib manapun, untuk menambah keampuhan selalu dibarengi dengan laku
prihatin tertentu.
Adapun cetik yang
paling berbahaya dan paling ditakuti adalah Cetik Gringsing, Croncong Colo,
karena sifatnya mematikan dalam hitungan jam tanpa memperhatikan siapa
orangnya. Misalnya cetik Croncong Polo yang menyasar ke otak, Cetik
Gringsing menyasar organ hati dan jantung dan cetik Cadang Galeng akan langsung
membuat pingsan. Dalam lontar usada pun dijelaskan, meski tiga jenis cetik
tersebut terbilang sangat berbahaya akan tetapi ada obatnya sepanjang cepat
diketahui. Jika terlambat, maka proses penyembuhannya akan relatif lebih lama.
Beruntungnya, tidak
semua orang bisa kena cetik. Dalam kepercayaan masyarakat Bali orang yang bisa
terkena cetik semua tergantung dari karma orang yang bersangkutan. Karena
setiap manusia mempunyai pelindung masing-masing. Kalau karmanya bagus sehebat
apapun orang tersebut mencelakai tidak akan bisa.
Cara seorang pelaku
yang hendak menyerang korban secara tak langsung umumnya tidak memperlihatkan
pelakunya, sebab pelakunya dapat mengendalikan kekuatan cetiknya dari jauh.
Namun demikian, ada dua hal yang dapat diperhatikan dari cara tidak langsung
ini.
Pertama, umumnya cara
tak langsung dilaksanakan pada hari tertentu, yakni Budha Kliwon.
Kedua, Kondisi calon
korban dalam keadaan yang tidak terproteksi, antara lain disebabkan pikiran
sedang kacau. Salah satu hal penting untuk menghidar dari serangan cetik
jenis ini adalah selalu waspada dan hati-hati dengan tidak mengabaikan intuisi
dan bila ada bebeundelan hendaknya di bawa sebagai pendamping. Bebeundelan yang
dimaksud disini serupa barang atau benda yang sudah di manterai atau sudah di
pasupati. Bebundelan dimaksud di sini bisa dari taring harimau, gigi badak,
batu permata tertentu yang tentu saja sudah di rituali seperti yang saya maksud
di atas.
Disamping itu sangat
dianjurkan untuk selalu meningkatkan keyakinan pada Sang Pencipta agar selalu
dilindungi. Disamping memahami bagaimana cara orang memasukkan cetik ke dalam
tubuh calon korbannya, juga perlu diketahui apakah cetik itu memiliki efek seketika
atau agak lama.
Cetik berefek seketika, maksudnya kalau seseorang memakan
sesuatu yang mengandung cetik, maka segera akan terlihat gejala-gejalanya
tergantung dari bahan-bahan cetik itu sendiri. Ada pula cetik berefek
agak lama, dengan inkubasi 3-6 bulan. Dalam hal ini, seandainya cetik itu
termakan sekarang, maka orang akan merasakan sakitnya secara bertahap dengan
puncak sekitar 3-6 bulan yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar