Dalam sejarah yang dikaji selama ini sosok fenomena Nyi
Roro Kidul memang tiada habisnya. Bila kita telaah sejarah secara detail memang
amat sulit karena adanya perbedaan zaman, antara kita yaDng hidup di jaman
sekarang dengan Nyi Roro Kidul yang hidup pada jaman dahulu kala. Namun meski
tak bisa dikaji begitu detail, bukan berarti makna sejarah bisa dihilangkan
begitu saja. Beberapa sejarah bisa dibuktikan secara fakta lewat
peninggalan-peninggalan, cerita turun temurun, kitab dan surat-surat yang
ditinggalkan oleh nenek moyang kita jaman dahulu.
Nyai Roro Kidul yang
sebenarnya bernama Dewi Nawang Wulan merupakan keturunan dari Prabu Siliwangi
yang menguasai daerah Garut dan Jawa Barat. Tetapi dalam hal ini kita tidak
membahas secara detail hal siapa itu
Nyai Roro Kidul, namun lebih kepada sejarah tentang ke-7 pusaka berbentuk
tombak yang pernah menjadi bagian dari sejarah Nyai Roro Kidul dan Prabu
Siliwangi. Secara detail ketujuh tombak tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1.
Tombak Cakra Langit.
Tombak ini bergelar Tombak Kesyahidan yang memiliki motif lurus
dengan tatah emas murni 24 karat membentuk jangkar yang melingkar. Di tengah
badan tombak tersebut menjulang empat tombak kecil melingkari kepala yang
bertatahkan berlian merah yang memutari tombak. Tombak inilah yang diberikan
oleh Sunan Gunung Jati (Prabu Panatagama Tajuddin Syarif Hidayatullah) kepada
Kanjeng Sunan Kalijaga untuk melawan kesaktian Prabu Siliwangi. Secara
simbolis, tombak Cakra Langit ini merupakan mahar perkawinan Dewi Nawang Wulan
dengan Sunan Kalijaga. Secara turun temurun tombak ini diwariskan pada garis
keturunan Dewi Nawang Wulan.
2.
Tombak Punjul Wilayah
Tombak dengan gelar Tombak Antakusuma ini diberikan kepada
putrinya, Andini sebagai lambang dari tahta istananya. Oleh Andini, tombak ini
diberikan kepadanya suaminya Dampu Awuk, Gunung Sembung. Kemudian diturunkan
lagi kepada putra mereka yang bernama Raden Sa’id atau Pangeran Lung Benda Jaya
Negara. Dari putranya tersebut, akhirnya tombak tersebut berpindah tangan
karena dicuri oleh segerombolan aliran hitam yang mengatas namakan perguruan
‘Kijang kencana’ dengan kepalanya seorang murid sakti Pangeran Ambusana, Weleri
Jawa Tengah. Seiring berjalannya waktu, setelah 20 tahun menghilang tombak ini
akhirnya dimiliki oleh seorang pertapa sakti yaitu Buyut Ajigung Ajiguna. Namun
setelah banyak diperebutkan akhirnya tombak ini raib dan menghilang di hutan
Banyuwangi, Jawa timur. Akan tetapi menurut kabar, seorang waliyullah menemukan
tombak ini dan dinyatakan aman dalam tangan orang yang beraliran putih. Oleh
penemunya, yaitu Waliyullah Mbah Hafidz tombak ini dirombak dari bentuk aslinya
untuk pengelabuhan dimasa datang agar tidak disalah gunakan oleh tangan-tangan
hitam yang tak bertanggung jawab.
3.
Tombak Panatagama
Tombak yang bergelar Raja Maemun diberikan oleh Sulthonul Jin
Maemun Indramayu. Tombak dengan motif tiga cabang tombak ke depan, urat besi
aji meteor legam, warnanya yang hitam bersisik tanpa pamor dengan dihiasi 7
batu merah delima. 3 zamrud Colombia dan 4 shapire Srilangka serta 11 batu
biduri air. Silsilah dari tombak ini sejauh ini diketahui hanya ada 4 (mungkin
lebih dari 4 hanya saja belum diketahui tentang kisahnya) yaitu Syeikh Abdullah
Al-Fanani Min Rijalullah, Syeikh Qosim Al-Jawi, Syeikh Mudaim, dan Ki Toha
Tegal Gubug.
4.
Tombak Cemeti Rosul
Bergelar Tombak Alam Jagat Raya, tombak ini berasal dari
Nabiyullah Hidir a.s. Tombak ini diberikan kepada Dewi Nawang Wulan, yang oleh
mandatnya seorang abdi dalem (Empu Jalaga Widesa) bahan ini dibentuk menjadi
tombak mata satu yang memiliki urat bumi yang begitu indah. Disaat kota Cirebon
diserang pasukan tamtama Lewmunding, akhirnya tombak ini diserahkan kepada
Syeikh Magelung Sakti (sebagai benteng paling kuat kota Pesisir). Pada akhirnya
tombak ini dibentuk menjadi sebilah keris Budho Madya dengan urat alam jagat
raya yang selalu menitikkan air disela uratnya. Menurut para ahli, pembuatan
keris ini melambangkan penyatuan antara Islam dengan Kejawen yang diajarkan
oleh bangsa Waliyullah pada masa itu.
5.
Tombak Karara Reksa
Tombak ini bergelar Tombak Derajat yang memiliki motif bergerigi
dengan cabang berantai lebih dari sepuluh. Tombak ini berbentuk tumpul dan
warnanya putih gading (putih kekuningan) dan memancarkan cahaya putih
kehitaman. Tombak ini berbahan dari kembang pinang yang sudah membatu Merupakan
hasil dari riyadho Dewi Nawang Wulan sendiri ketika ia masih menjadi murid Ki
Ageng Surya Pangeran Kuncung Anggah Buana (ki Buyut Trusmi). Sampai saat ini
tombak ini dipercaya masih berada dalam istana ghaib Kerajaan besar Laut
Selatan.
6.
Tombak Karara Mulya
Tombak ini bergelar Tombak Mangku Mulyo dimana tombak ini tidak
diketahui pembuatnya. Bentuk asli dari tombak ini adalah jerujinya yang sangat
tajam di setiap ujung sampai pangkal bawah. Setelah jatuh di tangan Dewi Nawang
Wulan, tombak ini dihadiahkan atas perkawinan putrinya yang bernama, Nyimas
Anting Retno Wulan, yang diberikan pada suaminya yaitu Pangeran Jaladara, putra
Kyai Ageng Bintaro Kejuden. Dari Pangeran Jaladara, diturunkan kepada putranya,
Pangeran Seto Bulakamba. Diwariskan kembali pada gurunya Ki Alam Jagat Bumi,
Banten, lalu turun temurun diberikan kepada Syeikh Asnawi Banten, Syeikh
Masduki Lasem, Syeikh Samber Nyawa Purwodadi, Mbah Hafidz Banyuwangi dan yang
terakhir kepada Habib Husein bin Umar bin Yahya Pekalongan.
7.
Tombak Tulungagung
Bergelar Tombak Sapta Jati, tombak ini
diwariskan langsung dari tangan Dewi Nawang Wulan sebagai tanda terima kasihnya
kepada Habib Husein yang telah menyelamatkan Bumi Pekalongan dari bahaya
Tsunami. Tombak ini dirubah dari wujud aslinya, dimana awalnya seperti segitiga
menjadi tombak lurus dengan pahatan panel berbentuk bunga.
Ya, itulah ke tujuh tombak yang diwariskan oleh
Dewi Nawang Wulan atau lebih dikenal sebagai Nyi Roro Kidul dan sampai saat ini
diyakini keberadaannya meski adanya di dalam istana ghaib Laut Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar