
Jalur pendakian di suatu gunung
biasanya dipilih berupa medan yang mudah dengan jalur yang tidak terlalu curam.
Dalam hal seperti ini kadang ada satu jalur yang akan melewati punggung suatu
bukit dengan kondisi yang agak datar. Daerah seperti ini biasanya akan dilewati
pendaki sekaligus terkadang dipilih untuk tempat peristirahatan sementara
sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak. Di Daerah punggung bukit inilah
yang secara alami biasanya menjadi lokasi keberadaan pasar setan misterius
tersebut. Punggung bukit ini yang sering berupa bentangan menyerupai lapangan
yang relatif datar. Dengan demikian lokasi seperti ini cocok untuk dijadikan
tempat mendirikan kemah dengan menggunakan perlindungan dari semak-semak atau
batu besar supaya terhindar dari angin kencang yang bertiup.
Karakteristik lain yang menjadi
ciri keberadaan pasar setan adalah daerah ini sudah tidak memiliki banyak
pepohonan tinggi dan berbatang besar. Pada daerah ini hanya tinggal semak-semak
perdu dengan ketinggian kurang dari dua meter. Dengan demikian angin sangat
terasa sekali mengenai tubuh manusia yang sedang berada di daerah ini.
Pada lokasi punggung bukit
seperti ini hampir selalu dipastikan pada waktu malam merupakan tempat angin
bertiup kencang. Angin malam biasanya akan bertiup dari bawah melewati
lereng-lereng secara cepat. Pada saat melewati punggung bukit ini akan bertiup
dan memberikan fenomena suara yang berisik. Hal seperti inilah yang kemudian
membuat sensasi keriuhan yang dianggap sebagai suara menyerupai suasana pasar. Dengan
demikian daerah inilah oleh banyak orang dianggap sebagai daerah pasar setan,
karena pasar yang sebenarnya tidak terlihat dan hanya suaranya saja yang
terdengar.

Demikian juga kalau ada
pendakian yang memaksa kondisi darurat ada yang jatuh kecelakaan atau yang
lainnya, maka tempat yang dipilih untuk menunggu sementara adalah di pilih di
daerah sekitar pasar setan ini. Dengan berada di tempat ini maka penyelamat
relatif dapat mudah mencari dan menemukan korban sehingga tindakan evakuasi
dapat segera ditangani.
Orang melakukan pendakian
gunung sangat sering melakukannya pada malam hari dalam rangka tujuan melihat
matahari terbit dari puncak gunung. Selain itu jika pendakian dilakukan malam
hari maka udara juga tidak terlalu panas oleh terik matahari. Perjalanan
seperti ini dapat diatur oleh pendaki yang berpengalaman untuk dapat mencapai
puncak sebelum matahari terbit. Namun kadang ada juga pendaki yang naik sore
hari sehingga dapat sampai puncak sebelum pagi untuk beristirahat di tengah
perjalanan. Tempat perjalanan seperti ini biasanya juga dipilih daerah sekitar
pasar setan.
Untuk pendakian yang dilakukan
pada siang hari. Tentu saja akan memerlukan waktu untuk menginap di atas
gunung. Biasanya mereka akan membawa peralatan tenda untuk camping cukup
lengkap. Hal ini karena mereka perlu meluangkan waktu menginap semalaman
sebelum melanjutkan pendakian ke puncak pada pagi harinya. Lokasi daerah
penginapan yang dipilih pun di daerah sekitar pasar setan.
Jadi memang wajarlah kalau
keberadaan pasar setan ini menjadi terkenal karena hampir banyak orang dan
pendaki gunung selalu melewati daerah ini khususnya saat perjalanan pendakian
malam hari.
Dalam banyak cerita, biasa
dikabarkan cerita tentang penampakan sosok menyerupai orang yang berada di
lokasi pasar setan. Bahkan saya menemukan satu blog yang memuat cerita tentang
fenomena pasar setan di gunung Sumbing oleh penulis yang mengaku dari tim
mapala satu daerah.
Di rute pendakian di gunung
Sumbing setelah lokasi Tanjakan Setan ternyata saat beristirahat diketahui
menampakkan keramaian seperti pasar. Di sana bahkan kemudian dijumpai sesosok
jasad bersemedi yang sudah membeku yang terlihat oleh seluruh anggota. Walaupun
setelah akan diabadikan dengan kamera, hal ini tidak berhasil. Di lokasi
berdekatan bahkan mereka menjumpai beberapa sosok lima sosok wanita menempel di
perbukitan yang terlihat jelas oleh beberapa anggota rombongan.
Suasana mistis yang sama
kemungkinan besar juga pernah dihadapi oleh banyak pendaki di lokasi jalur
pendakian gunung yang lain. Misal di gunung Slamet, lokasi pasar bubrah yang
ada bahkan cenderung lebih terkesan angker. Untuk jalur pendakian dari
Kutabawa, harus melewati pasar bubrah yang cukup luas sebelum mencapai daerah
puncak gunung.
Keangkeran seperti ini dapat
saja dipahami karena suasana saat itu mendukung, kelelahan pendaki setelah
berjalan jauh, kegelapan malam dan faktor kondisi alam akibat tekstur gunung,
seringkali menyebabkan terjadinya halusinasi. Dari sisi alam ghaib, memang
tidak dipungkiri bahwa bisa jadi jin akan muncul menampakkan diri untuk
menggoda dan mengganggu iman para pendaki. Toh kita memang wajib beriman pada
keberadaan hal-hal yang ghaib sepanjang tidak sampai membawa ke kemusyrikan.
Suasana angker di daerah pasar
setan seringkali ditambah akibat keberadaan bekas nisan atau monumen prasasti
untuk memperingati meninggalnya pendaki di lokasi itu. Untuk diketahui bahwa di
lokasi itu, sebenarnya tidak ada kuburan. Jadi kalau ada pendaki yang meninggal
dunia maka selalu akan dibawa turun untuk dimakamkan oleh pihak keluarga di
daerah asalnya atau tempat lain. Kalau ada bentuk semacam kuburan, maka itu
sebenarnya hanya penanda saja atau lebih berupa prassti peringatan. Tetapi
memang keberadaan hal ini menjadi lokasi terlihat lebih menyeramkan.
Pada siang hari, keberadaan
pasar setan akan tidak terasa oleh pendaki. Hal ini karena keberadaan sinar
matahari yang mampu menerangi seluruh daerah. Pendaki umumnya lebih terpukau
pandangannya oleh pemandangan alam yang tersaji luas. Keindahan alam seperti
ini betul-betul akan menarik perhatian dan dapat melupakan keberadaan pasar
setan yang ada sebelumnya.
Bayangan keangkeran di siang
hari biasanya akan musnah, karena di siang hari kondisi angin relatif lebih
kecil sehingga suara ribut pun menjadi tidak terdengar. Saya yakin kalau
mengalami gejala angin ribut di lokasi itu pada siang hari, maka fenomena
suara-suara pasar setan pun akan terdengar kembali dalam nuansa yang berbeda.

Pasar adalah tempat untuk
aktivitas jual beli. Kalau ativitas jual beli dilakukan di ata gunung maka bisa
jadi dapat disebut sebagai pasar. Di puncak gunung Lawu, khususnya saat hari
minggu atau malam satu syura, ternyata ada juga orang yang melakukan aktivitas
berjualan di puncak gunung Lawu. Beberapa penjual makanan ringan dan bakso
menjajakan dagangannya bagi para pendaki yang naik ke puncak dalam jumlah yang
relatif banyak. Sosok para penjual dan pembelinya jelas manusia karena mereka
bukan setan yang bergentayangan.
Omong-omong soal pasar setan di
gunung ini, ada satu gurauan kecil juga yang menyindir kondisi sosial
masyarakat sekarang. Mitos keberadaan pasar setan di suatu gunung dijamin tidak
akan hilang. Hal ini baru akan hilang kalau sudah ada minimarket franchise 24
jam atau supermarket yang berani buka di sana. Kalau sudah ada ini maka dijamin
keberadaan pasar setan akan hilang.
Pasar setan diduga bukan satu
fenomena yang benar-benar ada. Fenomena ini muncul karena kondisi daerah gunung
yang mungkin menyebabkan terjadinya suasana yang terasa menyerupai suasana
pasar sehari-hari. Wallahu alam. Meskipun tidak ada bukti fisik kuat yang
mendukung keberadaan pasar setan ini, hal ini dapat kita gunakan untuk selalu
mengingatkan para pendaki gunung agar senantiasa menjaga perilaku dan
kehati-hatian selama perjalanan pendakian, baik saat sedang mendaki ataupun
dalam perjalanan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar