Kebo Bule Kyai Slamet. Bukan sembarang kerbau, karena hewan ini termasuk pusaka penting milik keraton. Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II, sejak istananya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.
Menurut seorang
pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau
dengan warna kulit yang khas, yaitu bule (putih agak kemerah-merahan) itu,
merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono
II, yang diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari
sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliau pulang dari
mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar
Istana Kartasura.
Sekadar catatan,
sampai sekarang pihak keraton tidak pernah bersedia menjelaskan apa bentuk
pusaka Kyai Slamet ini.
“Karena bertugas
menjaga dan mengawal pusaka Kyai Slamet, maka masyarakat menjadi salah kaprah
menyebut kebo bule ini sebagai Kebo Kyai Slamet,’’ kata Wakil Pengageng Sasono
Wilopo Keraton Surakarta, Kanjeng Raden Aryo (KRA) Winarno Kusumo,
Konon, saat Paku
Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru, tahun 1725, leluhur kebo-kebo
bule tersebut dilepas, dan perjalanannya diikuti para abdi dalem keraton,
hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Kasunanan
Surakarta –sekitar 500 meter arah selatan Kantor Balai Kota Solo.
Bagi masyarakat Solo,
dan kota-kota di sekitarnya, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten,
Sukoharjo, dan Wonogiri, Kebo Bule Kyai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang
asing. Setiap malam 1 Sura menurut pengganggalan Jawa, atau malam tanggal 1
Muharam menurut kalender Islam (Hijriah), sekawanan kebo keramat ini selalu
dikirab, menjadi cucuk lampah sejumlah pusaka keraton.
Ritual kirab malam 1
Sura itu sendiri berlangsung tengah malam, biasanya tepat tengah malam,
tergantung “kemauan” dari kebo Kyai Slamet. Sebab, adakalanya kebo keramat baru
keluar dari kandang selepas pukul 01.00. Kirab pusaka ini sepenuhnya memang
sangat tergantung pada kebo keramat Kyai Slamet. Jika saatnya tiba,
biasanya tanpa harus digiring kawanan kebo bule akan berjalan dari kandangnya
menuju halaman keraton. Peristiwa ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat.
Ribuan orang tumpah ruah di sekitar istana, juga di jalan-jalan yang akan
dilalui kirab. Masyarakat meyakini akan mendapat berkah dari keraton jika
menyaksikan kirab.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar