Silang
pendapat tentang kapan dan siapa yang mula pertama menggunakan nada atau ritme
dari kidungan asmaradhana sebagai gendham asmara atau pelet, tak ada yang
mampu menjawabnya dengan pasti. Ada yang menyatakan sebagai karya Sunan
Kalijaga, tetapi banyak pula yang menepisnya.
Terlepas dari silang pendapat
tersebut di atas, menurut tutur yang berkembang di tengah – tengah masyarakat,
pada mulanya, hanya yang menguasahi ilmu batin tingkat tinggi saja yang mampu
menggunakan ilmu yang satu ini.
Hal
tersebut akan tampak dengan jelas jika kita mau merunut ke belakang sejenak,
khususnya dalam gerakan ilmu silat. Pada zaman itu, suatu pelontaran tenaga
dalam lewat jurus –jurus pamungkas yang dilakukan oleh seorang pendekar pilih
tanding banyak yang diilhami oleh bentuk aksara, baik aksara Jawa maupun huruf
Hijaiyah. Dengan hanya mencoret – coret atau menuliskan sesuatu di udara kosong
tetapi, hasilnya benar –benar luar biasa. Keadaan sekeliling bisa porak
poranda, bahkan, lawan bisa tewas dan pepohonan bertumbangan tak tentu arah
akibat terkena terjangan tenaga dalam yang keluar dari jari telunjuk sang
pendekar.
Ini
Merupakan bukti betapa tata nafas yang sempurna, mantra yang ampuh, ditambah
dengan penyatuan cipta, rasa dan karsa yang mumpuni, maka seseorang akan mampu
menggulung jagad trigati yang ada dalam tubuhnya sehingga menghasilkan kekuatan
yang luar biasa dasyatnya.
I

Selaras
debngan keterangan tersebut di atas, setelah menjalankan tata laku dan membaca
mantranya dengan sempurna ditambah mampu membayangkan wanita yang dituju, tanpa
bergerak sama sekali, maka, seseorang akan mampu melontarkan kekuatan Gendham Asmaradhana seiring dengan
tertiupnya pawana (angin) untuk menggugah perasaan dan hati wanita yang dituju.
Hasilnya pun benar – benar luar biasa, dalam waktu singkat, si wanita pun akan
langsung datang bersimpuh dan menghiba untuk mengharapkan balasan cintanya.
Itulah
sebabnya, kenapa ilmu Gendham
Asmaradhana ini tidak boleh untuk main – main, hanya diturunkan kepada
murid – murid kinasih saja.
Warta
berkisah, sejak zaman Mataram, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung
Hanyakrakusuma, boleh dikata, Kidung
Asmaradhana sudah amat popular di tengh - tengah masyarakat. Tak ada yang
bisa memungkiri, kepopuleran tembang yang berisi mantra atau pitutur luhur
(petunjuk hidup yang baik dan benar) sejajar dengan Kidung Megatruh, Kinanti
dan Mijil yang acap dilantunkan dalam keseharian. Mulai dari pagelaran kesenian
wayang kulit, sampai dengan menunggu kelahiran sang jabang bayi.
Lantaran
mengandung makna sebagai cinta yang selalu menyala-nyala dan gairah yang tak
terpadamkan, maka, bukan tak mungkin Kidung
Asmaradhana menghilhami para guru spiritual untuk mengubah syair dan
menjadikan kidungan yang satu ini sebagai upaya menjerat cinta lawan jenisnya.
Perlahan tapi pasti, akhirnya Kidung
Asmaradhana pun menjadi suatu ajian yang banyak digunakan oleh para
pembesar di zaman dahulu untuk mengumpulkan selir-selirnya.
Ya…saat itu,
semakin banyak mengumpulkan selir, maka, seseorang akan semakin meningkat pula
status sosialnya. Apalagi, dalam hidup dan kehidupan manusia jawa, seseorang
lelaki baru akan dikatakan lengkap bila dirinya telah memiliki wisma (rumah),
turonggo (kuda, artinya kendaraan), kukilo (peliharaan), curigo (senjata), dan
garwo (istri).
Secara
umum, ilmu pellet Gendham Asmaradhana
ini memiliki tiga tingkatan yang satu sama yang lain berbeda kekuatannya.
Dimulai dari tingkat dasar, madya dan terakhir sempurna yang sudah barang tentu
tingkatan tersebut baru bisa dicapai bila seseorang telah mampu menjalankan
ritualnya secara utuh, tidak terpotong-potong minimal 7 hari dan maksimal 41
hari.

Sedang
Obyek yang digunakan adalah pengerahan Khodam Wifik (yang terjelma dari Khodam
penghuni ayat-ayat suci Alqur’an yang dituliskan kedalam rajah) dan aurat (
bala tentara malaikat Handayas).
Agar
supaya pembaca sekalian tidak penasaran, dengan segala kerendahan hati, sekali
ini penulis akan mewedarkan tata cara sekaligus mantra yang harus diamalkan
oleh seseorang yang berminat untuk menguasahi ilmu pellet Gendam Asmaradhana. Saat menjalankan puasa mutih selama 7 hari 7
malam dan ngebleng sehari semalam, tiap tengah malam si pelaku wajib membaca
mantra yang tersebut dibawah ini, sebanyak 99 kali sambil membayangkan wajah
wanita yang dituju.
Adapun
mantranya adalah sebagai berikut::
https://www.youtube.com/watch?v=KhHB9mTGQ3E&feature=youtu.be
Shalallahu’alaihi
wassalam,
Ingsun
niat mateg ajiku-aji Asmaradhana,
Aji
saka cakrakembang,
Kagungane
Hyang Kamajaya lan Dewi Ratih,
Kang
kedadeyan saka kama loro,
Kama
abang lan kama putih,
Nyawiji,
tunggal ati tunggal karep,
Teka
kedhep, teka lerep, teka welas, teka asih, jabang bayine….(sebut nama yang
dituju) karo Ingsun pribadi.
Asih
tan kena pisah ing salawase saka kersaning Allah SWT,
Lailahailallah
Muhammadarasululah.
Perhatian!!!!!
Bagi siapa saja yang hendak melakoni/mengamalkan ilmu ini agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat saat datangnya Khodam ilmu ini
sangatlah dasyat powernya….maka disarankan untuk meminta restu kepada yang
menguasahi. Atau bagi yang ingin mendapatkannya tanpa memalui proses lelaku,
puasa dll, bisa langsung menghubungi Ki
Cokro ST untuk di ijazahkan (teleportasi energy/ilmu Gendham Asmaradhana). Contac Person 08159852189
Glimpse
From The Past – Indonesia’s Urban Legend
Tidak ada komentar:
Posting Komentar