Senin, 24 April 2017

Punden Mbah Belok, Lokasi Pesugihan Para Pedagang Tanpa Tumbal

Punden Mbah Belok
Pelaku ritual ngalap berkah hal penglaris di Punden Mbah Belok tak harus membawa sesaji komplit, tetapi hanya beberapa bunga sekaran serta rajangan daun pandan yang dipakai sebagai uborampe ziarah di makam Mbah Belok.
Hampir setiap usaha   yang dimiliki seorang pedagang mayoritas mereka menginginkan agar daganganya terjual dengan laris. Selain itu mereka juga berharap usaha yang digelutinya lancar, bisnisnya semakin maju bertambah dengan pesat. Namun laris dan tidaknya sebuah usaha bisnis tergantung dari bagaimana seorang pemilik usaha mengelola bisnis tersebut.
Tata cara mengelola sebuah bisnis tak hanya tergantung pada managemen administrasi keuangan sebuah usaha, namun keberhasilan sebuah usaha juga bisa tergantung pada hal hal yang berbau mistis. Salah satunya dengan cara mencari pelarisan di sebuah tempat keramat atau kepada orang pintar yang mampu memberikan pegangan untuk memperlancar usahanya.
Cara ini tak hanya dipakai bagi para pedagang oprokan di pasar pasar tradisional saja, tetapi pengusaha besar dan konglomerat seringkali juga menggunakan cara ghaib sebagai salah satu cara memperlancar bisnisnya Seorang pedagang bisa meminta syarat pegangan kepada orang pintar dengan harapan agar daganganya laris. Tetapi pelarisan juga bisa ditempuh dengan cara menggelar suatu ritual khusus di sebuah makam milik punden pedanyangan.
Sedangkan salah satu punden pedanyangan yang biasa dimintai restu untuk pelarisan adalah Punden Belok. Punden yang berada di Desa Ngeblokan Wonogiri ini sebenarnya merupakan punden desa setempat yang berada di pinggir hutan lindung di tepi sungai bengawan Solo dan dikenal sangat angker.
Kawasan yang ada di sekitar Punden Belok seluruhnya adalah hutan lindung pepohonan jati serta beberapa rimbun pohon bambu.
Di tempat ini sebuah makam tua yang dipagari dengan pagar tembok batu bata yang telah rapuh nampak terlihat di bawah pohon asam tua yang telah berusia ratusan tahun. Punden pedanyangan desa Ngeblokan ini selain sering dikunjungi para pelaku ritual, juga sering di datangi penduduk sekitar pada saat saat tertentu. Mereka mayoritas para pedagang yang berusaha ngalap berkah dengan harapan bisnis usahanya bisa berjalan lancar.
“Punden Belok merupakan cikal bakal desa Ngeblokan,” kata mbah Kasih, juru kunci desa setempat.
Menurut cerita, Punden Belok sudah ada di tempat ini sejak ratusan tahun yang silam bahkan sebelum adanya beberapa makam lain yang ada di dekatnya. Selain punden pedanyangan ini masih terdapat juga beberapa makam keramat lainya yang ada di Desa Ngeblokan.Tetapi dari beberapa makam yang ada di kawasan hutan lindung hanya makam Mbah Belok yang dianggap paling sepuh atau yang tertua.
Beberapa makam tersebut diantaranya adalah makam milik keluarga ningrat Mangkunegaran, yaitu makam eyangnya RM.Said atau Pangeran Sambernyawa yang bernama Bray. Kusumobroto.
Selain makam milik kerabat Mangkunegaran, beberapa pohon bambu yang tumbuh di sekitar makam juga sarat dengan sejarah keberadaan peninggalan sejarah Pajang pada saat perjalanan laku Jaka Tingkir ketika itu.
Pohon pohon bambu di kawasan ini dianggap sangat angker dan keramat. Tak seorangpun berani memotong atau bahkan mengambil patahan bambu yang berasal dari kawasan ini apabila tidak ingin kerasukan setan. Pohon pohon tersebut menurut cerita pernah dipakai oleh Jaka tingkir ketika membuatperahu gethek.
Oleh karena itu kawasan ini dianggap sangat angker oleh penduduk sekitar, beberapa penampakan seringkali terlihat saat pelaku ritual tengah melakukan laku tirakat di Punden Mbah Belok. Bahkan penduduk sekitar tak ada yang berani melewati jalan desa yang ada di tengah hutan ketika hari menjelang malam.
Meski beberapa penerangan lampu jalan juga sudah dipasang oleh warga sekitar, tetapi kengkeran di sekitar kawasan Punden Mbah Belok membuat warga tetap tak ada yang berani melintasinya.
“Tak diketahui kapan keberadaan Punden Mbah Belok ada di tempat ini, penduduk sekitar hanya mengenal Punden Mbah Belok sejak dari nenek moyangnya mereka yang terdahulu,” ujar Pak Kasih, Juru kunci yang tidak berkenan ketika dirinya hendak difoto.
Menurutnya, penduduk sekitar hanya mengenal makam Mbah Belok lebih tua daripada makam Bray.Kusumobroto sekaligus lebih dulu ada ketimbang sejarah Jaka Tingkir ketika mengambil pohon bambu di Desa Ngeblokan. Sedangkan ketidaksediaan sang juru kunci ketika hendak difoto oleh para pewarta konon berdasarkan whisik ghaib yang pernah diterimanya saat itu.
Dalam whisiknya, Mbah Belok melarang mewartakan apa yang ada di kawasan ini. Makam keramat milik Mbah Belok hanyalah makam leluhur atau punden pedanyangan desa yang menjaga seluruh kawasan ini supaya terhindar dari segala bencana yang akan menimpa.
Namun bagi seluruh anak cucunya mbah Belok juga berpesan, serta bersedia membantu menjadi lantaran dari Sang Hyang Penguasa Alam memperlancar usaha yang digelutinya agar seluruh anak cucunya bisa berkecukupan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Oleh karena mitos ini maka makam Mbah Belok akhirnya sering menjadi tujuan para pelaku ritual yang bertujuan ngalap berkah agar usahanya lancar, daganganya laris.
Mereka yang melakukan ritual ngalap berkah di makam Mbah Belok tak harus membawa sesaji komplit seperti orang yang akan kenduren. Tetapi hanya beberapa bunga sekaran serta rajangan daun pandan yang dipakai untuk ziarah di makam Mbah Belok.
Tetapi bagi mereka yang telah terkabulkan keinginannya, usahanya lancar dan maju biasanya akan menggelar kenduren dan selametan di Punden Mbah Belok. Upacara ini diwujudkan sebagai wujud rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat serta kelimpahan rejeki usahanya lancar dan maju dengan lantaran laku ritual di punden Mbah Belok.
Sesaji tumpeng dan selamatan yang dilakukan diantaranya adalah sego wuduk, gecok bakal, kinang suruh ayu, pisang raja setangkep bunga tujuh rupa serta beberapa rangkaian jajan pasar lengkap dengan piranti lainnya. Seluruh sesaji diletakan di sekitar makam Mbah Belok kemudian didoakan dan diamini oleh orang orang yang mengikuti jalanya upcara ritual tersebut.
“Punden Mbah Belok bukanlah punden pelarisan yang meminta tumbal pesugihan bagi para pelakunya,”tegas Mbah Juru kunci.
Lebih lanjut dirinya menegaskan, banyak orang yang terkabulkan penyuwunanya di Punden Mbah Belok. Mereka diantaranya salah seorang pedagang ayam yang biasa mangkal di pasar ayam silir Solo.
Maridi, warga desa nguter yang setiap hari jualan ayam potong di pasar silir dulu hanyalah pedagang rombong kecil kecilan yang pekerjaanya mencari ayam dari kampung ke kampung yang dijual di pasar tiap pagi.
Dengan menggunakan sepeda motor buntut yang diboncengi bronjong bambu Maridi mencari untung keluar masuk kampung, meski dengan hasil yang tidak seberapa.
Meski keuntungan setiap hari yang ia dapatkan tidak seberapa, tetapi Maridi tekun dan rajin keluar masuk kampung melakukan jual beli ayam. Pekerjaan tersebut dijalani Maridi sudah lebih dari sepuluh tahun.
Tetapi satu hal yang membuat hatinya menjadi setengah putus asa, selama ini usaha yang dirintisnya tak pernah bisa meningkat, hanya cukup untuk makan dan hidup sederhana setiap hari. Padahal kebutuhan yang harus dikenakan keluarganya semakin hari semakin bertambah banyak seiring dengan bertambahnya usia pendidikan tiga orang anaknya.
Sampai akhirnya Maridi mencoba melakukan tirakat menjalani laku prihatin di Punden Mbah Belok. Awal pertama kali melakukan ritual Maridi hanya membawa beberapa batang hio serta bunga mawar setaman untuk sesajinya. Tak banyak yang di lakukan Maridi di tempat ini, dirinya hanya memintakan ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas dosa dan kesalahan pedanyangan setempat agar selalu diberi tempat yang nyaman di sisiNya.
Laku yang dijalani Maridi tak hanya berlangsung hanya sekali itu saja, selama tujuh malam Jumat Maridi tekun menjalani laku ritual di makam Mbah Belok. Tak peduli jika malam sedang hujan, dirinya teguh menjalani laku memohon berkah dan rahmat kepada Tuhan di sebuah tempat keramat agar usaha yang digelutinya lancar dan sukses.
Doa penyuwunan yang dilakukan Maridi di Punden Mbah Belok akhirnya terkabulkan juga, semakin hari usaha dagang ayam yang dirintisnya semakin bertambah maju.
Berbagai cara kemudahan tanpa disengaja bisa didapat oleh Maridi, dari adanya penambahan modal usaha dari sebuah Bank yang menawarkan kepada Maridi untuk memperbesar usahanya, hingga dengan mudahnya Maridi mendapatkan bahan baku ayam yang kemudian dia jual lagi kepada para pembeli di pasar lokal.
Dan tak selang beberapa lama kemudian peningkatan tajam bisnis jual beli ayam potong milik Maridi terjadi. Stok ayam yang semula hanya bisa diperoleh sekitar 20 ekor setiap hari, kini berubah hingga mencapai ribuan ekor.
Beberapa pemasok ayam potong juga telah membackup kebutuhan ayam bagi usahanya, hingga akhirnya Maridi menjadi salah satu juragan ayam.
“Kelancaran seseorang dalam menjalankan usaha setelah menjalani laku di Punden Mbah Belok, semuanya tergantung atas kehendak Tuhan,”ujar sang juru kunci.
Seseorang yang berniat ingin mencapai sebuah keberhasilan hendaknya tetap harus tekun dan jujur saat menjalankan usahanya. “Ketekunan dan kejurujan modal utama seseorang menjalankan usahanya, sekaligus menjadi modal pokok pada saat melakukan penyuwunan di makam Mbah Belok agar Tuhan berkenan mengabulkan seluruh penyuwunanya,”pungkasnya.


Sumur Kejayaan Tempat Wudhu Sunan Gunung Jati



 Keraton Kasepuhan Cirebon, merupakan salah satu keraton terbesar yang ada di Cirebon, Jawa Barat. Di keraton ini banyak tersimpan benda-benda bersejarah peninggalan Sunan Gunung Jati.
Selain itu, tempat-tempat bersejarah yang dulu biasa digunakan oleh Sunan Gunung Jati dalam menjalani dan menyebarkan agama Islam masih terawat dengan baik. Salah satunya ialah Sumur Kejayaan.
Sumur ini berada satu lokasi dengan petilasan Pangeran Cakrabuana dan petilasan Sunan Gunung Jati dan juga letaknya tidak jauh dari tempat yang dulu dipergunakan oleh para Wali Songo untuk rapat yakni di dalam Patilasan Dalem Agung Pakungwati.
Pak Enju, ketua kuncen Keraton Kasepuhan menuturkan, Sumur Kejayaan dibuat pada 1430M sebagai tempat untuk berwudhu Pangeran Cakrabuana, Kanjeng Sunan Gunung Jati dan para santrinya.
Sumur ini memiliki pantangan tersendiri yaitu bagi kaum hawa dilarang masuk ke dalam kompleks Dalem Agung Pakungwati di mana sumur tersebut berada.
"Itu pesan dari Kanjeng Sunan Gunung Jati yang terus kami jaga sampai Sekarang," kata Enju.
Enju tidak dapat menjelaskan secara detail mengapa adanya larangan tersebut. Namun menurut Enju, zaman dulu, Dalem Agung Pakungwati merupakan tempat berdoa, wirid Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati, sehingga dikhawatirkan jika ada perempuan yang masuk ke tempat tersebut dapat mengganggu konsentrasi.
"Air yang diambil dari Sumur Kejayaan boleh dipakai oleh perempuan, tetapi setelah dibawa keluar," jelasnya.
Sumur Kejayaan yang dulunya bernama Sumur Kahuripan, selain sebagai tempat berwudhu, juga sumur ini dipergunakan untuk mandi oleh para santri jika akan menjalani tugas yang diberikan Kanjeng Sunan Gunung Jati.
"Airnya dipercaya dapat membawa barokah, tetapi semuanya atas ridho Allah SWT," sebutnya.
Air Sumur Kejayaan tidak pernah kering pada musim kemarau dan tidak terasa asin padahal letak Keraton Kasepuhan tidak begitu jauh dari pantai.
"Airnya dingin, jernih dan tidak asin, padahal sumur lain yang ada di dekat Keraton airnya asin," ungkap Enju.
Air Sumur Kejayaan hampir setiap harinya banyak dipakai oleh para wisatawan yang berkunjung ke sumur tersebut, selain untuk mandi, cuci muka dan wudhu, tidak sedikit wisatawan yang membawa pulang air dari sumur itu.
Nah bagi Anda yang ingin merasakan air Sumur Kejayaan silahkan datang ke Keraton Kasepuhan Jalan Kasepuhan No 43, Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah Wungkuk, Cirebon, Jawa Barat.