Selasa, 03 April 2018

Rahasia Dibalik Kekuatan Azimat Atau Rajah

Selemdang Rajah
Seperti kita ketahui banyak di antara kita masih mempercayai kekuatan sebuah azimat, Kekuatan sebuah azimat di yakini mampu sebagai kekuatan pertahanan diri , melindungi, sekaligus bisa di mamfaatkan untuk keperluan lainya secara gaib.

Dalam  dunia supranatural keberadaan sebuah azimat rajah ternyata memiliki aspek yang sangat penting, Melalui azimat rajah pula kita menyadari bahwa begitu dalamnya karya spiritual jaman dulu, Azimat rajah adalah tulisan berbahasa simbol  yang sangat rahasia, Hanya orang-orang yang ahli di bidang ilmu pembuat Azimat Rajah saja yang mengetahui inti dari arti sebuah rajah.

Penulisan sebuah rajah,yang akan di jadikan sebentuk AZIMAT  tentu di lakukan dengan cara yang khusus pula, Dan rajah biasanya di tulis di atas kulit binatang yang di sucikan atau di atas selembar kayu dan juga di sehelai daun  khusus yang telah di keringkan,Biasanya rajah yang sudah umum di kalangan ahli Hikmah adalah memakai huruf hijaiyah atau arab gundul  Namun ada juga yang memakai simbol-simbol yang sulit di fahami oleh orang awam.

Pengetahuan tentang ilmu rajah , memang tak mampu menyaingi arus dunia modern zaman sekarang, Orang  zaman sekarang lebih berfikir realistis, atau serba logika, Untuk itulah sebagian dari generasi kita menganggap ilmu rajah adalah sekelumit ilmu peninggalan leluhur yang patut di lestarikan keberadaannya, Meskipun tidak semua beranggapan demikian.,Namun kita harus menghargai mereka-merka yang turut andil dalam melestarikan satu warisan seni sebuah karya tulis berupa ‘’rajah’’ yang mempunyai kekuatan supranatural,

Sebuah rajah yang di tulis melalui sebuah proses lelaku yang rumit akan menghasilkan kekuatan ajaib yang terkandung di dalam sebuah rajah, sehingga dapat di mamfaatkan secara maksimal  Tulisan-tulisan rajah yang berupa bahasa simbol dan penuh daya mistiknya,ternyata sangat sulit di fahami, Hal ini akan mengundang rasa keingin tahuan berbagai makna yang tersembunyi di dalam tulisan rajah tersebut, Akhirnya hal ini akan mengispirasi kita  untuk menguak rahasia tentang kekuatan sebuah ajimat,yang bertuliskan rajah.

Untuk membuat sebuah rajah yang mempunyai kekuatan gaib, kita harus mendahului dengan pendalaman secara spiritual, Karena bila di cermati dengan akal logika tulisan rajah hanya akan bertutur dalam konteks seni hurup serta gambar , Nmaun jika dalam pandangan metafisik setiap penulisan  serta goresan rajah mengandung unsur  energi   super dahsyat, mengapa demikian?

Menurut pandangan ahli Hikmah, Rajah bukanlah semata-mata tulisan yang di goreskan seperti sebuah lukisan, atau sebuah gambar atau lukisan yang di nilai dengan pandangan jiwa seni dan keindahan semata, Lebih dari itu penulisan rajah mempunyai tata cara yang sangat unik ,setiap satu goresan huruf rajah haruslah disertai dengan konsentrasi  dan daya batin untuk menghidupkan energi metafisik yang akan di transfer ke dalam goresan rajah tersebut sehingga dalam penulisan rajah di butuhkan kekuatan batin yang sempurna.

Rajah yang telah  di tulis dengan sempurna  akan menghasilkan sebuah ajimat yang mempunyai kekuatan gaib dan siap di pakai dan di mamfaatkan di mana perlu. Konon ada sebuah rajah yang khabarnya rajah ini tertulis di tongkatnya Nabi Musa As rajah tersebut berbahasa Ibrani, Bahasa Ibrani Adalah bahasa bangsa Israel kuno tempat kelahiran Nabi Musa As. Tongkat Ajaib milik Nabi Musa As tersebut memilki kekuatan dahsyat yang pernah  mengalahkan para penyihir –penyihirnya Fir’aun,serta tongkat tersebut dapat membelah lautan,

Menurut Syehk Ali bin Ahmad Ali Al-Bauni,yang mana beliau mendalami tentang ilmu rajah serta kekuatannya, Beliau berkata Rajah tongkat musa di dapat inya di dalam  mimpi untuk menyelamatkan sahabatnya yang bernama Syehk Aziz Muhammad Al Mundir yang akan  di gantung  penguasa setempat. Beliau kasihan melihat sahabatnya tersebut dan kemudia beristikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.

Atas petunjuk Allah, Beliau memberikan rajah tongkat Musa kepada Syehk Aziz Muhammad Al-Mundir untuk di pakai,tak lama kemudian sahabat beliau datang lagi serta memberi  tahu bahwa dia tak jadi dapat hukuman gantung dari raja berkat Rajah Tongkat Musa.

Rajah Tongkat Musa tersebut memang mempunyai beragam khasiat yang banyak sekali, Rajah Tongkat Musa tersebut pernah di bawa oleh Nabi Yusuf As,pernah di tulis di padanya Daniel As,Juga pernah di bawa Nabi Ibrahim As.Rajah Tongkat Musa juga pernahdi bawa Nabi Isa As.kemudian di ajarkan kepada kaum Hawarriyun dan terakhir di bawa oleh sama’un Al-Harrari, Rajah tersebut juga bisa sebagai sarana pengobatan berbagai penyakit,serta beragam khasiat yang sangat menakjubkan.

 


Senin, 02 April 2018

Ngakap Berkah di Makam Penari Ronggeng, Nyi Ratna Herang

Makam Nyi Ratna Herang tidaklah berada di pemakaman umum Kuningan melainkan di bantaran sungai Cigede yang ada di Nusaherang. Memang cukup sulit menemukan makam ini, jadi sangat dianjurkan untuk menanyakan penduduk setempat mengenai lokasi makam keramat di Kuningan tersebut.

Melihat makam berada di bantaran sungai, memang akan memancing pikiran kita tentang ketidaklazimannya. Namun, cerita tentang Nyi Ratna Herang sendiri pun terbilang memilukan terlebih di mata masyarakat Kuningan sendiri.

Dikisahkan bahwa sekitar tahun 1920-an ada seorang penari Ronggeng terkenal di kalangan masyarakat Kuningan bernama Nyi Ratna Herang. Usianya pada saat itu masih 19 tahun, tetapi kepiawaiannya dalam menari tak bisa diragukan. Paras wajahnya begitu cantik dan lekuk tubuhnya pun indah, sehingga banyak masyarakat Kuningan yang mengidolakannya.

Makam Nyi Ratna Herang
Setiap pria memimpikan bisa bersanding dengan Nyi Ratna Herang, sementara para wanita mendambakan ingin memiliki kecantikan serta keindahan tubuh sepertinya. Jika Nyi Ratna Herang datang pentas, maka akan banyak orang yang sengaja jauh datang untuk melihatnya.
Di suatu ketika saat dia pentas, ada dua jawara yang sangat ingin memilikinya seutuhnya. Di depan mata Nyi Ratna Herang, mereka yang sama kuatnya beradu kekuatan. Di tengah-tengah pertarungan, Nyi Ratne Herang terkena serangan sehingga ia menderita luka parah. Sebelum ia meninggal, ia bersumpah bahwa di daerah ini takkan ada gadis yang secantik dirinya hidup sampai usia 19 tahun.
Kutukan itu dipercaya oleh masyarakat Ciherang, sehingga orang tua yang memiliki anak gadis terpaksa harus mengirimkannya pada sanak saudara di kota lain agar terhindar dari kutukan. Dan jika gadis sudah melewati usia 19 tahun, barulah ia dipebolehkan kembali ke desanya.
Mayat Nyi Ratna Herang dihanyutkan begitu saja di sungai Cigede hingga akhirnya ditemukan oleh warga yang tinggal di Blok Pamujaan. Kondiisnya mayatnya yang sudah hampir hancur, segera dimakamkan di bantaran sungai.
Sejak saat itulah, lokasi itu berubah menjadi tempat keramat karena banyaknya masyarakat yang sengaja jauh-jauh datang ke makam Nyi Ratna Herang hanya untuk berdoa dan mengalap berkah. Permohonan mereka biasanya jika wanita ingin secantik Nyi Ratna Herang, jika seorang seniman maka ia ingin menjadi sukses, dan sebagainya.


Gua Mutu, Konon Tempat Mesanggrah Kanjeng Ratu Kidul

Mistis Gua Mutu
 Di pesisir pantai yang terdapat di wilayah Lampung Barat terdapat sebuah tempat angker bernama Gua Matu. Penduduk sekitar pesisir menganggap Gua Matu ini sebagai tempat keramat karena konon memiliki hubungan dengan Nyi Roro Kidul. Salah satu tempat angker di Lampung Barat ini konon merupakan gua keramat yang menjadi tempat persemayaman sang ratu Nyi Roro Kidul.

Tidak hanya itu, Gua Matu keramat ini disebutkan pula sebagai tempat berkumpulnya para makhluk gaib. Menurut informasi yang ada, terdapat satu jin penguasa yang bertempat di dalam gua. Jin penguasa tersebut diyakini warga membantu wilayah tanah Krui terbebas dari serangan bangsa Belanda. Hal tersebut kemudian melahirkan kepercayaan bahwa siapa saja yang memiliki niat jelek saat berada di dalam gua ini akan mendapat pelajaran dari penghuni Gua Matu. Secara tiba-tiba mereka akan berteriak, seakan kesakitan.

Meski dianggap sebagai tempat keramat, namun hal tersebut tidak mencegah orang-orang untuk mengunjungi Gua Matu yang berlokasi di Pantai Pekon Waysindi Hanuan, Lampung Barat. Namun siapa saja yang berniat untuk mengunjunginya harus bersiap dengan jalur treking yang lumayan menguras tenaga. Untuk mencapainya, terlebih dahulu Anda harus menuruni lereng bukit yang curam serta melewati sungai. Baru setelahnya Anda akan dapat menemukan gua ini di bagian ujung sungai. Tidak berhenti disitu, Anda setidaknya masih harus mencari mulut gua yang sering kali tertutup oleh rerimbunan daun tanaman liar.

Sesampainya disana, Anda akan disambut dengan bermacam benda yang seringkali ditemuai dalam sebuah ritual. Hal tersebut dikarenakan ada banyak orang yang menjadikan gua angker ini sebagai tempat untuk melakukan ritual atau penyembahan. Satu lagi kepercayaan akan Gua Matu menyebutkan, ada banyak bujang atau gadis yang ditelan ombak ganas. Mereka yang hilang tersebut konon tidak perlu dicari lagi karena dianggap telah menjadi golongan warga Gua Matu.



Menelisik Hubungan Manusia dan Makhluk Halus

Selamatan sering diadakan untuk menghormati dan sebagai rasa terima kasih kepada roh leluhur misal upacara Bersih Desa. Setiap 1 Suro beberapa masyarakat gunung sering memberi sesaji keselamatan berupa kepala kerbau yang ditanam di puncak atau di kawah. Upacara Ritual di Gunung Bromo Sesaji kepada roh leluhur masyarakat Bromo terkenal dengan upacara Yadnya Kasada. Manusia juga sering memberi sesaji kepada mahkluk halus agar terhindar dari berbagai gangguan, sesaji pada umumnya berupa makanan, minuman, bunga, uang, rokok, kadang pakaian, ada juga yang memberi sesaji minuman keras yang memabokkan.

Untuk menghindari gangguan Makhluk Halus kadang manusia membuat rintangan dengan membuang buah-buahan yang berbau busuk atau bau-bauan lain yang tajam. Manusia juga sering minta pertolongan mahluk halus di gunung-gunung tertentu, untuk berbagai keperluan misal minta keselamatan, kekayaan, kenaikan pangkat, penglarisan, jodoh, dll. Mahkluk halus yang baik sering memberi pertolongan kepada pendaki gunung yang tersesat dengan menyamar menjadi binatang misalnya burung. Di gunung Sumbing konon pendaki yang ketinggalan temannya akan ditemani oleh sesosok orang yang sebaya dengan pakaian putih.

Ada sembilan macam mahkluk halus yang katanya, suka menolong “ manusia supaya menjadi kaya dengan kekayaan meterial yang berlimpah (Pesugihan). Pemujaan terhadapkesembilan mahkluk jahat itu merupakan kesalahan fatal, mereka itu bila dilihat dengan mata biasa kelihatan seperti :Argodalem di puncak Gunung Lawu.
              
 Jaran Penoreh atau kuda yang kepalanya menoleh kebelakang
                 Srengara Nyarap atau anjing menggigit
                  bulus Jimbung atau Bulus yang besar
                  Kandang Bubrah atau kandang yang rusak
                  Umbel Molor atau ingus yang menetes
                 Kutuk Lamur atau sebagsa ikan yang penglihatannya tidak terang
                Gemak Melung atau burung gemak yang berkicau
                  Codot Ngising atau kelelawar berak
                   Bajul Putih atau buaya putih

Beberapa gunung terkenal sebagai tempat untuk mencari Pesugihan (kekayaan), pangkat, penglarisan, dll. Hal ini biasanya terjadi karena dahulunya di gunung tersebut terdapat tempat- tempat yang pernah dihuni, dipakai bertapa, atau tempat mokswa tokoh-tokoh terkenal. Mokswa adalah tingkatan kesempurnaan hidup yang tertinggi dimana manusia menghilang bersama roh dan raganya.

Mahkluk halus yang jahat sering kali mengganggu manusia, menculik manusia, membuat orang sakit, bahkan bisa membuat orang meninggal. Kehadiran Mahluk halus biasanya ditandai dengan adanya bau misalnya; campuran bau badeg, bacin dan langu; bau rebusan kentang bercampur bawang merah busuk; atau bau wangi yang merangsang hidung. Kehadiran Mahkluk Halus kadang ditandai dengan bertiupnya udara dingin yang membuat bulu kuduk berdiri atau udara berasap semacam kabut. Gejala alam yang muncul kadang menjadi tanda kehadiran mahkluk halus, seperti angin kencang, petir, cahaya, bayangan, api, dll. Seringkali mahkluk halus hanya kedengaran suaranya tanpa ujud.

Manusia dapat melakukan perkawinan dengan mahkluk halus. Raja-Raja Jawa terkenal dengan beristrikan Kanjeng Ratu Kidul yakni mahkluk halus penguasa Laut Selatan. Pendaki yang bermalam di gunung Argopuro sering berjumpa dan tidur bersama dengan wanita cantik pengawal Dewi Rengganis (Penguasa mahkluk halus Gn.Argopuro) Anak hasil perkawinan antara manusia dan mahkluk halus biasanya menjadi mahkluk halus. Bila seorang wanita (manusia) hamil hasil perkawinan dengan mahkluk halus, maka ketika lahir bayinya akan hilang perutnya tiba-tiba mengecil.


Pesugihan Bulu Gendruwo


Pesugihan bulu gendruwo memang kurang populer di masyarakat. Alasannya, untuk mendapatkan cukup sulit. Si peminat harus menyediakan masakan dari burung gagak yang diletakkan di bawah pohon gayam dan bertelanjang bulat.

Menurut beberapa orang yang telah mendapatkan pesugihan bulu gendruwo, meski mendapatkannya cukup sulit, pesugihan ini dipilih lantaran tidak terlalu berbahaya. Tidak minta tumbal orang atau nyawa. Yang diperlukan hanyalah masakan burung gagak serta pohon gayam. Di kota metropolitan seperti Jakarta, pohon gayam sulit ditemukan. Makanya para peminat kebanyakan pergi ke desa-desa di pelosok Pulau Jawa.

Setelah masakan siap, saat matahari bersembunyi, peminat harus membawa makanan itu ke pohon gayam yang telah ditentukan. Kemudian ia harus membuka seluruh pakaiannya. Biasanya dalam waktu yang tidak begitu lama, gendruwo yang dilukiskan berwajah menakutkan dan sekujur tubuhnya dipenuhi bulu-bulu, akan muncul.

Gendruwo tersebut akan melahap makanan yang dibawakan si peminat. Saat itulah, si peminat dituntut kelincahannya. Mereka harus mampu mengambil minimal satu bulu di tubuh gendruwo. Jika beruntung, maka si peminat akan mendapatkan bulu yang diinginkannya. Tapi jika tidak, bisa jadi ia malahan akan dimangsanya. Karena itu, orang yang gagal biasanya enggan mencoba lagi. Takut kalau-kalau malahan kehilangan nyawa. Orang yang berhasil mendapatkan bulu, biasanya mudah mendapatkan kekayaan. Rejeki akan mengalir bak air bah. Tak tertahankan lagi.

Syeikh Subakir Dan Peranannnya di Tanah Jawa

Pasujudhan Syekh Subakir
Tokoh Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas.



Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka diutuslah Syekh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang oleh Syekh Subakir di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syekh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku, ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syekh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

Makam Syeikh Subakir
Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang  diutus oleh  Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey,  untuk berdakwah di  pulau Jawa pada tahun 1404,

Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum, Baghdad). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang  diutus oleh  Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey,  untuk berdakwah di  pulau Jawa pada tahun 1404,  mereka  diantaranya:
       Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
       Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
       Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
       Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
       Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
       Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
       Maulana Hasanudin, dari Palestina.
       Maulana Aliyudin, dari Palestina.
       Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, bahwa sudah beberapa kali utusan dari Arab didatangkan untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya, tapi selalu gagal secara makro. Kegagalan itu disebabkan karena orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Masyarakat masih senang menyembah barang-barang bertuah dan ruh-ruh yang diyakininya dapat membimbing, memberi ilham dan menolong mereka.

Dengan tokoh-tokoh gaibnya, para tokoh masyarakat masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar Pulau Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat. Meskipun berkembang, tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Artinya, secara makro dapat dikatakan gagal.

Karena itu, maka diutuslah Syeh Subakir yang dikenal memang sakti mandraguna. Beliau diutus secara khusus menangani masalah-masalah yang terkait magic dan spiritual yang dinilai telah menjadi penghalang diterimanya Islam oleh masyarakat yang masih demen ilmu-ilmu mistik.

Untuk menyebarkan agama Islam, menurut cerita yang berkembang, Syekh Subakir membawa batu hitam yang dipasang  di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk: Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syeh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “Ya Syekh, walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami dan kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku, ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syeh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

Tidak salah bila kemudian, gunung Tidar dikenal dengan Paku Tanah Jawa. Gunung Tidar tak terpisahkan dengan pendidikan militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai "Pakunya tanah Jawa" itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957.

Di puncak Gunung Tidar ada lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman.

Gunung Tidar tidak hanya terkenal sebagai ikon atau identitas Kota Magelang. Bagi sebagian orang yang memang nglakoni lelaku spiritual , Gunung Tidar merupakan salah satu obyek yang menjadi tempat tujuan mereka untuk mendekatkan diri kepada Gusti Allah. Dahulu, Gunung Tidar terkenal akan ke-angker-annya dan menjadi rumah bagi para Jin dan Makhluk Halus. Jalmo Moro Jalmo Mati, setiap orang yang datang ke Gunung Tidar bisa dipastikan kalau tidak mati ya modar (dan mungkin hal ini yang menjadi asal usul nama Tidar).

Berdasarkan penuturan Juru Kunci Gunung Tidar, di Gunung Tidar terdapat 2 buah makam yaitu Makam Kyai Sepanjang dan Makam Sang Hyang Ismoyo (atau yang lebih dikenal sebagai Kyai Semar). Sedangkan tempat yang selama ini dikenal sebagai Makam Syekh Subakir sebenarnya hanyalah petilasan beliau.

Jadi, beliau dikenal sebagai wali Allah yang menaklukkan Jin dan Makhluk Halus di Gunung Tidar sehingga para makhluk halus tersebut ‘mengungsi’ ke Pantai Selatan, tempat Nyai Roro Kidul. Setelah berhasil menaklukkan Jin dan Makhluk Halus, Syekh Subakir kembali ke tanah asalnya di Rom (Baghdad). Di petilasan Syekh Subakir ini tersedia mushola kecil dan pendopo. Petilasan Syekh Subakir sebelumnya ditandai dengan adanya kijing yang terbuat dari kayu. Setelah dipugar, kijing tersebut diletakkan di pendopo dan diganti dengan batu fosil yang berasal dari Tulung Agung serta dikelilingi pagar tembok yang berbentuk lingkaran dan tanpa atap.

Pada tahap berikutnya, kedudukan Syekh Subakir, Sang Babad Tanah Jawa sebagai salah satu Wali Songo, digantikan oleh Sunan Kalijaga yang banyak disebut-sebut pimpinan para wali di Tanah Jawa karena kekeramatannya yang begitu melegenda.
 
ADA satu kisah menarik dalam petilan “Babad Tanah Jawa”. Meskipun kisah ini merupakan petilan. Namun intisari yang tertanam di dalamnya, ternyata tetap masih aktual di saat ini sekali pun. Ketika itu, datanglah para ulama dari “Sebrang Lautan” (Mesir) ke Tanah Jawa. Tujuan para ulama utusan Sultan Mesir itu adalah untuk menyebarkan agama Islam, yang menurut laporan masih banyak penduduk Jawa yang kafir. Para ulama itu dipimpin seorang Syeh yang bernama Syech Subakir Sebelum Syech Subakir datang, telah beberapa kali ulama pendahulunya menginjakan kakinya di Tanah Jawa. Namun, setiap kali mereka datang, selalu gagal menyebarkan agama Islam. Mengapa? Pertanyaan itulah yang berada di benak Syech Subakir.

Dan tidak berapa lama setelah sampai ke Tanah Jawa, Syech asal Persia (Iran) itu berhasil mendapatkan jawaban dari pertanyaannya tersebut. Ternyata, seluruh Tanah Jawa dari ujung Timur sampai ke Barat di jaga oleh bangsa jin yang dipimpin Sabdo Palon. Kegagalan para ulama sebelumnya adalah karena ulah mereka, para jin kafir yang tidak mau masuk Islam dan menentang Islam berkembang di Tanah Jawa. Untungnya, Syech Subakir menguasai ilmu tentang makhluk halus, sehingga dia dan para ulama yang dipimpinnya berhasil mengetahui keberadaan para jin tersebut. Dalam wujud kasarnya, para mahluk halus itu ada yang berujud ombak yang besar yang mampu menenggelamkan kapal berikut penumpangnya. Juga angin puting beliung, dan sebagainya yang mampu memporak- porandakan apa saja yang ada dihadapannya, termasuk menjelma menjadi hewan buas, harimau, ular dan sebangsanya. Perubahan bentuk dan ujud itulah yang selama ini diduga mencelakakan para ulama yang bermaksud menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Maka kemudian terjadilah pertempuran yang dasyat antara para jin pimpinan Sabdo Palon dengan pasukan ulama pimpinan Syech Subakir. Konon, pertempuran itu terjadi selama berhasi- hari, tanpa ketahuan siapa yang bakal memenangkannya. Karena melihat situasi yang tidak menguntungkan, maka Sabdo Palon mengajukan usulan gencatan senjata.

Syech Subakir yang melihat itu sebuah peluang, menerima ajakan Sabdo Palon. Maka terjadilah kesepakatan antara keduanya. Isi kesepakatan antara lain, Sabdo Palon memberi kesempatan kepada Syech Subakir beserta para ulama untuk menyebarkan Islam di Tanah Jawa, tetapi tidak boleh dengan cara paksaan atau memaksa. Kemudian Sabdo Palon juga memberi kesempatan kepada orang Islam untuk berkuasa di Tanah Jawa—Raja-raja Islam—namun dengan catatan. Para Raja Islam itu silahkan berkuasa, namun jangan sampai meninggalkan adapt istiadat dan budaya yang ada. Silahkan kembangkan ajaran Islam sesuai dengan kitab yang dakuinya, tetapi biarlah adapt dan budaya berkembang sedemikian rupa. Dan yang terpenting, jadi pemimpin janganlah terlalu lurus, namun juga jangan terlampau bengkok. Hal ini sempat dipertanyakan Syech Subakir kepada Sabdo Palon, mengapa seorang pemimpin tidak boleh benar-benar lurus. Dijawab Sabdo Palon, karena pemimpin itu menjadi pimpinan semua orang. Dan orang tidak semuanya lurus, pasti banyak pula yang bengkok. Lha, orang yang bengkok-bengkok itu akan ikut siapa, bila pemimpinnya lurus?

Legenda Gunung Tidar Magelang
Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan --sebagaimana dikisahkan M. Bambang Pranowo (2002)-- bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas; tanah tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku; karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.

Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh. Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan. Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir.

Legenda ini sangat melekat bagi masyarakat tradisional Jawa, tidak sekedar di Magelang, tapi juga ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan sampai di Lampung dan mancanegara (Suriname). Hal ini karena telah disebutkan dalam jangka Joyoboyo dan mengalir secara tutur tinular menjadi kepercayaan masyarakat. Apalagi pemerintah kota Magelang menjadikan Tidar sebagai simbol atau maskot daerah dengan menempatkan gunung Tidar yang dilambangkan dengan gambar paku di dalam logo pemerintahan. Di samping itu nama-nama tempat begitu banyak menggunakan nama Tidar, seperti nama Rumah Sakit Umum Daerah, nama perguruan tinggi, nama terminal dll. Yang semuanya menguatkan gunung Tidar menjadi legenda abadi.


Senin, 26 Maret 2018

Sosok Wanita Penguasa Kerajaan Gaib Di Indonesia

Konon, menurut tutur ada delapan sosok wanita yang menjadi penguasa kerajaan alam gaib dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. 

Mitos ini sudah mengakar sehingga muncul adat atau kebiasaan untuk menghormati para penguasa gaib tersebut dalam bentuk upacara tradisional atau selamatan khususnya di daerah-daerah yang dipercaya menjadi tempat tinggal kerajaan mahluk gaib tersebut.

Dalam sejarah, Nabi Sulaiman adalah sosok seorang raja yang juga menjadi pemimpin mahluk gaib termasuk Jin dan binatang. Nabi Khaidir, guru para wali dan nabi juga dipercaya sebagai  penguasa lautan seluruh dunia. Maka keberadaan mahluk gaib memang diyakini karena mempercayai sesuatu yang gaib termasuk dalam Rukun Iman.

Berikut ini adalah delapan sosok wanita yang dipercaya menjadi pemimpin kerajaan gaib dimana keberadaannya tersebar di berbagai wilayah di Indonesia yaitu :
1.    Kanjeng Ratu Kidul
Kanjeng Ratu Kidul adalah nama yang menjadi legenda bagi masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir laut selatan sehingga beliau dijuluki sebagai Ratu Pantai Selatan.

Layaknya sebuah negara, Kerajaan Gaib Pantai Selatan memiliki struktur organisasi, para pejabat yang mengurusi berbagai bidang, prajurit dan rakyat. Sosok yang lebih dikenal oleh masyarakat adalah Nyi Roro Kidul yang menjadi Patih dari Kanjeng Ratu Kidul dan juga para panglima beserta prajuritnya.Sedangkan Kanjeng Ratu Kidul jarang menampakkan diri kecuali pada orang-orang tertentu yang dikehendaki.

Untuk menghormati keberadaan Kanjeng Ratu Kidul, masyarakat sepanjang pesisir pantai selatan mengadakan upacara Larung Samudra atau upacara lainnya yang diselenggarakan pada bulan-bulan tertentu.

2.    Dewi Lanjar
Ratu Laut Utara adalah sosok legenda penguasa laut utara pulau Jawa, khususnya di utara Pekalongan, Jawa Tengah. Dalam kepercayaan masyarakat Pekalongan, nama Ratu Laut Utara yang sebenarnya adalah Dewi Lanjar. Lanjar adalah sebutan bagi wanita yang bercerai dengan suaminya dalam usia yang masih muda dan belum mempunyai anak.

3.    Dewi Sri
Dewi Sri adalah sosok wanita yang dipercaya oleh masyarakat agraris sebagai Dewi Kesuburan atau Dewi Padi. Masyarakat sangat menjunjung dan menghormati Dewi Sri sang dewi padi.

Konon, menurut cerita, Dewi Sri adalah salah satu telur yang berasal dari air mata Dewa Ular, Ananta Boga. Telur itu dipersembahkan kepada Bethara Guru sebagai permintaan maafnya.

Telur itu berubah menjadi seorang dewi yang cantik sekali setelah dierami oleh Dewa Ular atas permintaan Bethara Guru. Kemudian diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau yang lebih dikenal sebagai Dewi Sri.

Saat Sri beranjak dewasa, ia tumbuh menjadi gadis yang semakin cantik dan memiliki hati yang baik. Karena kecantikan dan kebaikannya Bethara Guru justru jatuh hati dan berniat mempersuntingnya.

Para dewa dan dewi merasa sangat khawatir jika hal itu terjadi karena akan menyebabkan perpecahan di khayangan sehingga para dewa berniat untuk membunuh Sri dengan cara meracuninya melalui minuman.
Niat jahat para dewapun terpenuhi hingga akhirnya Sri meninggal. Namun, para dewa tersebut panik dan takut diketahui oleh raja sehingga jasad Sri dikubur di bumi agar tidak ada yang mengetahuinya.

Akan tetapi dalam hati para dewa muncul perasaan menyesal telah membunuh Dewi Sri. Namun, karena Dewi Sri dikenal memiliki hati yang sangat baik maka kematiannyapun menjadikan berkah bagi makhluk dibumi.

Jasadnya berubah menjadi benih- benih tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan manusia yaitu padi. Sehingga banyak masyarakat yang percaya dan memuliakan dewi Sri karena berkat dewi Sri tersebut mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

4.    Puteri Junjung Buih
Putri Junjung Buih merupakan sosok yang tidak asing bagi masyarakat yang tinggal di Kalimantan Selatan dan wilayah sekitarnya. Konon, Putri Junjung Buih adalah seorang bayi perempuan yang terapung-apung diatas buih sebuah sungai yang diambil menjadi anak Raja Tua Amuntai.

Putri Junjung Buih ini dipercaya yang menurunan raja-raja di Kalimantan Selatan juga sebagai penguasa sungai dan selat Karimata.

5.    Nyi Blorong
Nyi Blorong adalah salah satu anak angkat Kanjeng Ratu Kidul. Dalam kepercayaan masyarakat, Nyi Blorong adalah seorang wanita cantik dengan badan seekor ular yang mampu memberikan kekayaan pada mereka yang memujanya.

Sehingga nama Nyi Blorong terkenal sebagai Dewi Pesugihan.

6.    Bethari Durga
Bethari Durga merupakan salah satu dewi dalam agama Hindu paling populer yang memiliki sejumlah peran. Durga memiliki posisi penting karena dianggap sebagai salah satu Maha Dewi atau dewi besar.

Dalam kisah pewayangan Bethari Durga atau Dewi Uma adalah istri Bethara Guru, Penguasa para dewa dan ibu dari Bethara Kala. Bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa yang menganut agama Hindu, dipercaya sebagai seorang Dewi yang menjadi penguasa Hutan Setra Gondomayit, tempatnya para mahluk gaib.

Nama Bethari Durga terdapat dalam berbagai situs dan relief Candi, salah satunya terdapat pada relief Candi Sukuh, yang menceritakan tentang kisah Durga Ruwat serta patung Durga dalam Candi Prambanan  yang merupakan perwujudan Rara Jonggrang.

Konon, Dewi Uma atau Bethari Durga bagi penganut ilmu hitam dianggap sebagai Ratu dan Penguasa Kegelapan.


7.    Dewi Kwan Im
Dewi Kwan Im yang kita kenal lewat kisah Tong Sam Cong mencari kitab suci dalam perjalanan ke barat yang di bantu oleh Sun Go Kong sang kera sakti dan tiga temannya, adalah Dewi Kebajikan dalam agama Budha.

Menurut masyarakat Tionghoa, sosok Dewi Kwan Im adalah perwujudan Kanjeng Ratu Kidul yang menguasai lautan Indonesia sampai laut selatan pulau Jawa. Dalam salah satu tempat di Pangandaran, Sosok Dewi Kwan Im disandingkan dengan sosok Kanjeng ratu Kidul.

8.    Nyai Calon Arang

Calon Arang adalah seorang wanita yang memiliki kesaktian tinggi dan pemuja Bethari Durga. Meski kisah Calonarang sudah terjadi hampir seribu tahun lebih, namun namanya sebagai tokoh antagonis masih melegenda. Termasuk di daerah asalnya sendiri yakni di Dusun Butuh Desa Sukorejo Kabupaten Kediri.

Bukan karena kebaikannya yang dikenal, tapi perilaku jahatnya sebagai manusia penyembah Durga yang menimbulkan banyak kesengsaraan.

Bukti Calon Arang melegenda, bahkan sampai ke ke luar negeri antara lain naskah Calon Arang pernah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Prof Dr Poerbatjaraka (lihat "De Calon Arang" dalam BKI 82. 1926: 110-180). Kemudian tahun 1975 oleh Dr Soewito Santoso diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Calon Arang si Janda Dari Girah)

Kisah Calon Arang sendiri terjadi pada masa pemerintahan Raja Airlangga  (1006-1042 M) yang memerintah di Jawa Timur sejak 1021 sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Airlangga pernah memerintah di Daha Kediri, seperti tertulis dalam serat Calon Arang.

Dikisahkan saat itu Calon Arang marah gara-gara anak perempuannya yang bernama Ratna Manggali tidak ada yang melamar ketika menginjak dewasa. Ketidakberanian pemuda-pemuda kala itu dikarenakan kesaktian Calon Arang yang dikenal bengis.

Mengetahui hal ini, Calong Arang marah lalu  menyebarkan teluh dan tenung kepada masyarakat sebagai hukuman. Dia mampu menurunkan wabah penyakit ke seluruh wilayah dan rata-rata yang terkena penyakit kutukannya pasti mati.

Banyaknya korban membuat Raja Airlangga  memikirkan jalan keluarnya. Salah satunya adalah dikirim bala tentara untuk menumpas Calonarang. Usaha itu gagal. Rupanya Calonarang terlalu sakti. Serangan itu malah membuat kemarahan Calonarang semakin menggebu-gebu.

Mpu Baradah, salah satu penasehat Raja Airlangga akhirnya bisa mengalahkan dan menghentikan kejahatan Calon Arang.